Rabu, 09 Agustus 2017

Baywatch (2017) ~ Review Film

Apa yang kita harapkan saat menonton film berjudul Baywatch dengan poster yang diisi oleh pemain berbodi seksi yang memakai baju renang? Pantai, otot, dan "belahan". Asyik sebagai hiburan 5 menitan, namun tidak demikian sebagai sebuah film panjang. Kita perlu lebih dari itu.

Sama-sama diadaptasi dari serial TV lawas, mereka bilang film Baywatch akan seperti 21 Jump Street. Pendekatannya serupa, dimana keduanya hampir sepenuhnya mengabaikan materi asli, alih-alih menggantinya dengan komedi-aksi digawangi duo yang suka saling meledek serta diselingi dengan humor self-referential. Saya beri tahu anda: Baywatch tak sepadan dengan 21 Jump Street. Keduanya memakai formula yang mirip, namun dalam berkomedi, Seth Gordon tak sekreatif dan secerdik duo Phil Lord & Christopher Miller.

Serial Baywatch dibintangi David Hasselhoff sebagai penjaga pantai yang memecahkan berbagai kasus kriminal receh, namun saya curiga ia lebih populer karena menampilkan Pamela Anderson yang bergerak slow-motion dalam balutan pakaian renang. Kedengarannya konyol. Para pembuat film Baywatch tampaknya juga menyadari hal tersebut dan mereka tak segan menunjukkannya pada kita. Ini lucu, namun jika bagian terlucu dari film hanya ini saja maka namanya usaha filmmaking yang malas.

Film ini berating "R" / "Dewasa", sehingga mengijinkannya menyajikan lawakan yang lebih bebas, hingga ke taraf vulgaritas yang membuat saya sedikit canggung. Ada beberapa lemparan sumpah serapah, namun tak ketinggalan pula lelucon mengenai penis yang lucu sesaat lalu menjadi garing ketika berlebihan. Di satu momen bahkan Zac Efron harus bermain dengan penis seorang mayat. "Yup" or "Yikes" tergantung selera anda.

Yang menggantikan Mitch-nya Hasselhoff adalah Dwayne Johnson yang terlihat seperti Dwayne Johnson biasanya: jagoan tangguh berotot besar yang tak hanya akan menyelamatkan anda saat anda tenggelam, tapi tampaknya juga bisa membantai hiu cuma dengan satu tangan. Bersama dua rekannya, CJ (Kelly Rohrbach) dan Stephanie (Ilfenesh Hadera), Mitch sedang mengadakan ujian penerimaan penjaga pantai baru. Kandidatnya adalah :

1. Matt (Efron), juara dunia renang dua kali yang karirnya kandas karena muntah di arena renang saat Olimpiade. Ia terpaksa ikut ujian karena ini satu-satunya pilihan. Namun egonya mendapat rival yang sebanding dengan ego Mitch.

2. Summer (Alexandra Daddario), yang tak hanya sangat kompeten di bidang per-penjaga-pantai-an, tapi juga punya bodi sangat seksi dan wajah cantik yang membuat banyak mulut pria ternganga. Tapi saya tidak.

3. Ronnie (Jon Bass), dengan fisik yang dalam sekali pandang sudah bisa dibilang tak cocok menjadi penjaga pantai. Tapi siapa saya untuk nge-judge orang, Ronnie berhati emas walau mungkin seharusnya bisa lebih mengontrol diri saat melihat CJ.

Dan sebagai catatan penting, sebagian besar durasi dihabiskan oleh Johnson dan Efron dengan tak berbaju, memamerkan otot bisep dan otot perut masing-masing. Begitu pula dengan Rohrbach, Hadera dan Daddario. Mereka juga tak berbaju... tapi bohong! Tentu saja mereka memakai pakaian renang yang layak, meski memang sangat minim; jika tidak, ini akan menjadi film yang sama sekali berbeda.

Plot sebenarnya bukan ujian masuk, melainkan melibatkan Priyanka Chopra sebagai Victoria Leeds, konglomerat yang memborong semua properti di pantai areanya Mitch demi melancarkan usaha perdagangan narkobanya. Temuan beberapa kemasan kecil mencurigakan di pantai membuat Mitch berniat menyelesaikan kasus ini, meski ditentang oleh bosnya (Rob Huebel) dan polisi setempat (Yahya Abdul-Mateen II) yang gampang sekali tersinggung.

Plot mengenai penyelundupan narkoba adalah elemen paling menjemukan disini, tapi film memainkannya dengan serius. Bahkan penampilan over-the-top dari Chopra tak terlihat menghibur lagi. Sekuens aksi ledakan kapal dan kejar-kejaran boat terkesan seadanya; asal nempel karena ini adalah film komedi-AKSI. Perkembangan cerita seperti ini merupakan perkembangan cerita yang kita temukan, uhm, dalam setiap film aksi kelas B dan serial TV generik ala CSI. Begitu standar hingga saya kepikiran kenapa penulis naskah sampai repot-repot menggunakannya.

Karisma Johnson dan comic-timing dari Efron membuat beberapa leluconnya cukup mengena, khususnya saat Johnson memanggil Efron dengan nama ledekan seperti "Bieber", "One Direction", atau "High School Musical". Begitu juga dengan lelucon self-referential mengenai karakter yang bilang bahwa kenapa karakter seksi selalu terlihat bergerak dalam slow-motion. Kemunculan Hasselhoff di momen tak terduga lumayan menyengat saraf tawa, namun kasihan dengan Anderson yang mendapat cameo sepele. Mungkin diberi kesempatan untuk film sekuelnya. Kalau ada.

Humor referensi yang meledek diri sendiri tak pernah tak lucu, namun Baywatch membuktikan bahwa sebuah film komedi yang benar-benar lucu butuh lebih dari itu. Ironis saat film yang meledek serialnya sebagai film yang cheesy dan receh berakhir menjadi film yang cheesy dan receh pula. Namun jika anda hanya ingin melihat Baywatch sebagai film dalam kalimat kedua dari paragraf pertama ulasan saya, saya tak bisa melarang anda.

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentarlah dengan baik...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More