Senin, 04 November 2013

Escape Plan ~ Ketika Dua Legenda Film Laga Hollywood Berkolabarasi

ESCAPE PLAN
Directed by: Mikael Håfström
Produced by: Robbie Brenner, Mark Canton, Randall Emmett, George Furla, Kevin King Templeton
Screenplay by: Miles Chapman, Jason Keller
Story by: Miles Chapman
Starring: Sylvester Stallone, Arnold Schwarzenegger, Jim Caviezel, Curtis "50 Cent" Jackson, Vinnie Jones, Vincent D'Onofrio, Amy Ryan
Running time: 115 minutes
Country: United States
Language: English

Apa yang Anda bayangkan ketika melihat dua nama besar yang nyaris menjadi legenda jaminan mutu film laga yang begitu sangat populer di era 80-90an berkolabarasi dalam satu film? Ekpetasi apa yang akan Anda taruh ketika membaca nama Stallone dan Schwazengger terpampang di poster film Escape Plan? Pasti tak akan berbeda jauh dengan apa yang saya bayangkan dan ekpetasi awal apa yang saya taruh ketika memutuskan untuk menonton film ini.

Dikisahkan Ray Breslin (Sylvester Stallone), berada di balik jeruji besi penjara high risk maximum dengan alasan yang cukup tak masuk akal. Berawal dari bertanya pada sipir waktu terkini, menghitung mundur detik demi detik, terjadi sebuah ledakan pada sebuah mobil yang ditaruh seorang perempuan cantik di area parkir, dan BOOOMM, ia pun lolos dengan cukup mudah.

Breslin bukanlah seorang penjahat ulung, ia hanya seorang pria yang rela menghabiskan kehidupannya untuk masuk kedalam penjara, melakukan observasi secara menyeluruh, dan kemudian kabur, hanya demi untuk sebuah alasan sedarhana, "membuktikan bahwa penjara tersebut masih memiliki kelemahan".

Kesuksesan Breslin kabur dengan gilang gemilang dari penjara membawa buah manis. Ia dan rekan bisnisnya, Lester Clark (Vincent D'Onofrio) mendapat tawaran dari CIA untuk masuk kedalam The Tomb, dengan tujuan yang sama untuk membuktikan apakah penjara tersebut masih dapat ditembus. Sayangnya, kali ini ia tidak tahu lokasi, hingga putus kontak dengan rekannya Abigail Ross (Amy Ryan) dan Hush (Curtis "50 Cent" Jackson). Namun kemudian di dalam penjara ia berkenalan dengan napi kharismatik Emil Rottmayer (Arnold Schwazenegger). Bersama dengan sosok yang baru ia kenal tersebut, Breslin mulai menyusun rencana melarikan diri dari penjara top-secret tersebut, yang celakanya dibangun oleh Willard Hobbs (Jim Cavaiezel) dengan menggunakan panduan dari hasil kerja Breslin selama ini.


Cukup mudah untuk mengatakan bahwa Escape Plan tidak lebih dari kisah yang sangat mudah ditebak alurnya tentang penjebakan dua jagoan tua dengan upaya tunggal untuk menemukan jalan keluar tanpa sentuhan konflik pendamping yang besar. Murni proses melarikan diri, sempit, Escape Plan bahkan sesungguhnya mempunyai cukup potensi sebagai film yang membosankan terlebih jika kita tahu bahwa 115 menit durasi, terlihat cukup lama untuk masalah yang sederhana. Tapi untungnya hal tersebut tidak sampai terjadi berkat keputusan Mikael Håfström, yang sepertinya sejak awal sudah sepakat bahwa jangan jadikan cerita tentang upaya pelarian dua jagoan sepuh tersebut terlihat pintar dan mudah bersama duo penulis cerita, Miles Chapman dan Jason Keller.

Escape Plan sama sekali tidak ngoyo untuk terlihat wah karena Mikael Håfström tahu tujuan utama penonton datang menyaksikan film ini. Dibentuk dengan padat, dijalankan dengan cara yang klasik, film ini selamat berkat kemampuan Mikael Håfström bermain dengan momentum, yang walaupun tidak total menyeluruh hadir di setiap elemen namun setidaknya mampu untuk tetap menjaga film ini agar tidak jatuh kedalam jurang kehancuran. Awalnya, kita sebagai penonton akan dibawa masuk kedalam konsep yang menarik itu dengan cara yang sedikit lambat, membangun konflik utama yang ringan, dan setelah premis penuh materi standar tersebut telah terbentuk ia mulai menyuguhkan sebuah narasi yang bergerak cepat, dan cukup menyenangkan.

Ya, cukup menyenangkan, mengingat bahwa film ini hanya punya dua karakter utama yang tipis tanpa ada sokongan tokoh lain yang mampu memberi tekanan, belum lagi jika melihat hampir dari tiga perempat durasi cerita diisi dengan penyusunan rencana yang dengan mudah dapat kita nilai sebagai sebuah presentasi yang berbelit-belit. Hal utama yang membuat Escape Plan terus bernafas dan tidak mati adalah fokus utama yang dari segi kualitas mampu ia jaga dengan baik, membuat penontonnya terus sabar menanti perpindahan cerita yang terasa halus dengan berlandaskan satu pertanyaan sederhana, "bagaimana cara mereka akan melarikan diri?"


Tapi dari setiap keputusan pasti ada konsekwensi yang harus diterima. Seperti halnya Escape Plan yang sudah memutuskan bermain di jalur yang aman, pun ia memiliki resiko. Escape Plan memang berhasil membuat pertanyaan utama terus berputar, memberikan sentuhan humor yang dibentuk dengan manis melalui one-liner jokes yang berhasil menghidupkan cerita ketika ia mulai terlihat mandek, sanggup menjadikan dua tokoh yang telah lekat dengan aksi sederhana mengandalkan otot untuk masuk kedalam proses analisis penuh hal teknis tanpa harus kehilangan karisma mereka, dan semua dikemas dengan cermat. Dan hal ini menjadi terlalu AMAN.

Simplenya, ini terlalu stabil. Mampu menjaga momentum namun tidak sanggup menghadirkan dinamika cerita yang mengundang decak kagum. Diluar materi kecil seperti twist dan kemunculan dialog Schwazenegger dengan bahasa jerman serta hal terkait muslim arab, tak ada lagi hal yang bisa menjadi pengingat dalam tingkatan yang memikat. Sepertinya kesepakatan "jangan jadikan ini terlihat pintar" telah menjebak Escape Plan untuk tidak leluasa bergerak sedikit liar yang sebetulnya sangat potensial memberi nilai plus yang positif. Sehingga dengan tidak mempermasalahkan dialog tapi adegan aksi yang minimalis, berbanding terbalik dengan memon membosankan yang hadir di beberapa titik pada bagian tengah.

Dari segi akting, sama sekali tidak ada yang istimewa. Biasa saja. Kita akan mendapatkan apa yang kita harapkan. Stallone cukup berhasil tampil sebagai orang yang tampak pintar melalui analisis-analisisnya. Schwazenegger yang cuma sekedar penopang tetap mampu manjaga karisma serta mencuri perhatian dari tiap bagian kecl yang berhasil ia eksekusi dengan efectif. Pemeran lain seperti Sam Neil yang berperan sebagai dokter penjara, nyaris ibarat tempelan saja. Bahkan Jim Caviezel yang seharusnya dapat diberikan kesempatan lebih besar untuk menebar tekanan dari sisi antagonis pun nyaris impoten dan tak berdaya.


Secara keseluruhan, Escape Plan adalah film yang cukup memuaskan. Ini adalah sebuah kemasan yang menghibur. Namun jika Anda mengharapkan film ini padat dengan aksi dar der dor penuh baku tembak, baku ledak dan baku hantam seperti halnya film-film Stallone maupun Schwazenegger di era 80-90an, maka siap-siaplah Anda gigit jari...



Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentarlah dengan baik...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More