Guardians of the Galaxy Vol.2 meperbuat "dosa" yang biasa diperbuat oleh sekuel film blockbuster, tetapi berhasil lolos sebab tetap berpegang pada citarasa dan formula yang membikin film pertamanya berhasil. Iya itulah Movie Mania, saya bilang bahwa film ini tidak sekeren Guardians of the Galaxy. Walau demikian, ia tetap lebih baik dibandingkan tidak sedikit film superhero modern yang tidak jarangkali hanya berisi parade efek visual tanpa esensi.
Tiga tahun lalu, Guardians of the Galaxy menjadi hit yang mengejutkan dengan pendapatan lebih dari tiga perempat miliar dolar dari seluruh dunia. Sementara film superhero biasanya dibuat dengan topik self-serious seperti konflik personal alias villain yang mengancam dunia, Guardians of the Galaxy yang membawakannya dengan lebih riang menjadi sajian yang menyegarkan. Pergi dari superhero yang tidak dikenal, kini mungkin sebagian penonton malah mengidolakan monster pohon atau rakun yang dapat bicara. Dengan ekspektasi dengan tinggi itu, the only way is go bigger, perhaps. Kami dapat merasakan bahwa Guardians of the Galaxy Vol.2 seolah merasa berkeharusan untuk sehingga lebih lucu, lebih seru, dan lebih spektakuler, yang sebetulnya tidak persoalan seandainya ia tidak mencoba terlalu keras.
Saya tidak bermaksud bilang bahwa film ini tidak lagi lucu, seru, dan spektakuler. Dinamika kocak antarkarakter, semesta yang imajinatif dan efek visual menyilaukan tetap ada, tapi kini terasa sedikit maksa. Film ini tetap ditulis dan disutradarai oleh pembuat film pertamanya, James Gunn. Mungkin menyadari bahwa suguhannya tidak lagi segar dan sudah kehilangan efek kejut, Gunn melipatgandakan semuanya. Saya pikir ada dosis tertentu bagi lelucon, plot dan karakter yang dapat dimuat dalam satu film.
Yang menjadi pusatnya tetap tim kita, para penjaga galaksi: Peter Quill (Chris Pratt), manusia, ehm, separuh dewa yang ngebet dipanggil Star Lord; Gamora (Zoe Saldana), alien wanita hijau yang tangguh; Drax (Dave Bautista), si gempal superkuat yang punya selera humor kacangan; Rocket (disuarakan oleh Bradley Cooper), rakun cerdas yang bermulut kasar; dan pasti saja, Groot (disuarakan oleh Vin Diesel) monster pohon yang kini mungil unyu-unyu sangat menggemaskan. Mereka mendapat misi dari petinggi alien berkulit emas, Ayesha (Elizabeth Debicki) untuk mengambil baterai berharga yang kemudian separuhnya dimaling oleh Rocket. Ayesha yang murka mengirim pasukannya untuk memburu para Guardian sebelum akhirnya diselamatkan oleh Ego.
Okey, Movie Mania, ini bukan spoiler... Ego adalah ayah biologis dari Quill. Sehalu penjelasan saya, ia bukan manusia melainkan "celestial" yang dapat disandingkan dengan dewa. Ia dapat mengambil wujud manusia dalam bentuk Kurt Russell. Ego menciptakan planet yang berisi taman dan kastil dengan dekorasi supermewah. Ia bilang sudah menghabiskan tidak sedikit waktu untuk mencari anak yang lama tidak dijumpainya ini. But really, saya rasa Movie Mania sudah dapat mencium gelagat tidak sedap.
Sementara itu, Rocket dan Groot yang ditinggalkan bersama Nebula (Karen Gillan) — Nebula adalah saudarinya Gamora. Movie Mania masih ingat, kan ??— harus berhadapan dengan tim berandalan yang dipimpin si biru Yondu (Michael Rooker) yang malah berujung pada bergabungnya Yondu dengan tim Guardian kita. Saat mereka semua dipenjara di sebuah kapal ruang angkasa, Yondu menceritakan masa lalunya dengan Quill yang otomatis melejitkannya dari karakter sampingan menjadi salah satu karakter yang penting dalam semesta Guardians of the Galaxy.
Selagi Quill membangun kembali hubungan dengan sang ayah, tergolong bermain lempar bola sebab lempar bola tampaknya adalah rutinitas ikonik ayah-anak, Gamora juga harus menyelesaikan persoalan dengan saudarinya Nebula yang memburunya sampai ke planet Ego. Mekanika plotnya menjadi seperti Star Trek ala-ala, dimana Quill dan Gamora yang hari ini berada di bawah sorotan, sementara yang lain ngelawak di belakang; Drax menjalin interaksi romatis dengan Mantis (Pom Klementieff), pembantu Ego yang punya mata besar dan dua antena, dan Rocket dan Groot yang berusaha kabur dari penjara.
Movie Mania, admin sangat suka adegan pembukanya yang sebetulnya adalah sekuens aksi. Baby Groot menari diiringi lagu "Mr. Blue Sky" dari ELO, sementara rekan-rekan tengah bertarung setengah mati melawan monster gurita raksasa di latar belakang. Ini keren. Kamera hanya berfokus pada Groot, menegaskan bahwa Gunn pede dengan gayanya dan tidak mau pamer sekuens aksi. Sayangnya, film kemudian mencoba terlalu keras menonjolkan kedua elemen tadi. Hasilnya keren tapi tidak exciting.
Apakah Gunn tetap mengutilitisasi lagu lawas untuk adegan aksinya? Tentu, Iya !! — diantaranya ada "Brandy (You're Fine Girl)"-nya Looking Glass dan "The Chain"-nya Fleetwood Mac— tapi eksekusinya tidak seberkesan film sebelumnya. Celutukan dan bantering yang dilempar setidak jarang mungkin, berbagai diantaranya meleset. Referensi adat pop rutin asyik disimak (Cheers, David Hasselhoff, Mary Poppins) dan Groot rutin menggemaskan dilihat, tapi lelucon Rocket yang mengena hanya soal "Taserface". Saya pikir tidak sedikitnya jokes di tempat yang tidak cocok mencederai intensitasnya. Mereka terkesan tidak peduli kepada apa yang terjadi dengan melempar lelucon dimana-mana.
Sekuens aksinya yang melibatkan serangan efek spesial, mengagumkan dengan cara visual meskipun minim intensitas. Lingkungan digitalnya berada di level yang tidak sama. Tidak tidak sedikit yang dapat seperti Gunn dalam membikin ledakan dan efek spesial overload yang tetap terasa menghibur walau komposisinya riuh dan nyaris tanpa dimensi. Adegan klimaksnya berisi tidak sedikit ledakan. Gunn sanggup membawa peristiwa klasik film superhero, tergolong berbagai klise sinema seperti asmara antarprotagonis dan hero shot dalam slow-motion, tidak tampak begitu cheesy.
Tetapi yang adalah keterampilan paling atas Gunn disini adalah dari sisi komersil. Ia selain berhasil merangkai narasi yang tidak fokus ini tanpa ada yang terbuang (serius, detil kecil di awal nyatanya ada maksudnya di akhir), tapi juga berhasil mempersembahkan kontinuitas untuk menjalin seporsi kisahnya ini dengan semesta MCU yang mahaluas tanpa menjegal narasi. Movie Mania mungkin takkan mengingat Gamora yang menenteng senapan sebesar motor, tetapi cameo dari Sylvester Stallone dan Michelle Yeoh bakal meninggalkan kesan. Di suatu waktu, di sebuah film MCU, Movie Mania dapat mengatakan, "Oh, mereka awalnya muncul dalam Guardians of the Galaxy Vol.2".
Anda telah membaca artikel tentang Guardian of the Galaxy Vol. 2 (2017) ~ Review Film dan anda juga bisa menemukan artikel Guardian of the Galaxy Vol. 2 (2017) ~ Review Film ini dengan url https://moviemoviemaniac.blogspot.com/2017/08/guardian-of-galaxy-vol-2-2017-review.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Guardian of the Galaxy Vol. 2 (2017) ~ Review Film ini jika memang bermanfaat bagi Anda, namun dengan catatan jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.
Artikel Terkait
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentarlah dengan baik...