Selasa, 08 Agustus 2017

Wish Upon (2017) ~ Review Film

“You're a psycho b***ch!”
Itu yang dikatakan Meredith (Sydney Park) saat mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh teman karibnya, Clare (Joey King). "What is wrong with you!" sering diteriakkan oleh teman-teman Clare lainnya yang juga tahu. Jelas, ada yang tak beres dengan Clare. Ini dia tokoh utama yang dirancang simpatis tapi selalu berbuat egois setiap waktu, sampai admin Movie Mania tidak tahu apakah film ini ingin agar kita peduli atau malah membencinya.

Clare adalah siswi SMA yang tampaknya culun karena ia tak pede dan sering di-bully oleh ratu sekolah (Josephine Langford). Saat masih kecil, ibunya bunuh diri dengan cara gantung diri di depan matanya. Ia juga malu dengan sang ayah (Ryan Philippe) yang hobi memulung, bahkan hingga ke pekarangan SMA-nya. Namun ia harusnya berterima kasih, karena berkat sang ayah, Clare mendapat kotak ajaib bertuliskan aksara Cina yang bisa mengabulkan 7 permintaan apapun. Sekarang ia bisa membuat dunia lebih baik atau menyembuhkan kanker. Tapi tidak. Clare menggunakannya untuk mendapatkan popularitas, warisan, dan cowok paling populer di sekolah.


Kekurangannya adalah setiap mengabulkan satu permintaan, kotak tersebut akan mencabut nyawa satu orang terdekat si empunya permintaan. Nah, film ini sekarang menjadi horor body-count, dimana satu persatu orang akan tewas setiap kali Clare meminta sesuatu. Namun Clare tak tahu hal ini. Well, tidak juga. Bahkan setelah Ryan (Ki Hong Lee), salah satu teman sekelas yang naksir padanya menduga bahwa kotak ini adalah kotak setan, Clare tetap saja minta ini-itu.

Ada 7 permintaan, jadi film ini setidaknya butuh lebih dari 7 karakter selain Clare untuk dibunuh. Dan mereka tak butuh karakterisasi. Ini adalah formula klise dalam horor body-count, dimana kita sama sekali takkan peduli dengan karakter manapun, karena bakal mati juga nanti. Pada dasarnya, ini sama saja dengan film Final Destination, hanya saja dengan gimmick "make-a-wish". Serunya dua kali lipat, seharusnya. Jika di Final Destination kita sudah tahu siapa yang akan mati sehingga hanya menanti lewat cara brutal apa nyawa mereka melayang, maka dalam Wish Upon kita menebak siapa sekaligus bagaimana mereka akan mati (ada satu adegan nanti yang memanfaatkannya untuk membangun suspens). Namun, filmnya seru hanya di saat kita mencoba mengerti mekanika gimmick-nya.

Admin Movie Mania takkan mengungkap bagaimana mereka mati, karena akan mengurangi sensasi dalam menonton. Tapi admin Movie Mania akan bilang bahwa cara matinya tak begitu kreatif. Apalagi seberkesan sekuens gila dari Final Destination. Adegan tewasnya mulai dari yang konyol hingga receh; seringkali sepele sehingga terkesan malas. Admin Movie Mania biasanya tak begitu suka brutalitas tanpa konteks, tapi dalam sebuah film horor body-count, dimana keseruannya kalau tidak demikian?

Karena sudah bilang begitu, admin Movie Mania akan membuat kesimpulan bahwa Wish Upon tak seseru Final Destination. Filmnya mencoba terlalu keras untuk ditanggapi dengan serius. Di setiap pembunuhan, filmnya seperti ingin memastikan agar kita merasakan ketragisan mendalam. Mungkin ada pesan yang ingin disampaikan, tapi saya pikir akan sulit sekali ditangkap saat sedang menonton.

Sutradaranya adalah John R. Leonetti yang pernah menangani permainan gimmick dalam The Butterfly Effect 2 dan membawakan kita Annabelle tiga tahun lalu. Disini ia juga tak bisa menghadirkan keseraman yang menggigit, tapi setidaknya filmnya tak ngawur kemana-mana dan tak ada aktor yang memberikan penampilan menggelikan. Bahkan Ryan Philippe sebagai ayah Clare, yang gara-gara permintaan kotak, berubah dari pemulung menjadi musisi jazz tak tampak konyol saat memainkan solo saksofon di sekeliling rumah. Eits, tunggu!! yang ini memang benar-benar menggelikan.

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentarlah dengan baik...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More